LANDASAN FILOSOPIS PENDIDIKAN
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Landasan Pendidikan
Disusun
Oleh:
Hasanudin
NIM
((013.S1.05022)
Dosen:
Neni
Setiani
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI
GARUT
Jl. Raya Leles No. 117 Leles –
Garut 44152
Tahun 2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya hanturkan kepada Allah SWT.Karena telah memberikan kita
kesehatan.Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau
sekarang kita bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau
sebarkan. Dan semoga kelak kita menjadi umat yang beliau syafaati di padang
tandus yang tidak kita temui syafaat selain dari beliau.
Makalah
ini dibuat dengan judul “Landasan Filosofis Pendidikan” diharapkan bisa membuat
pembaca mengerti tentang landasan-landasan fiosofis pendidikan,serta mengetahui
aliran-aliran pendidikan.
Makalah
ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan kekurangan baik
isi , atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat mengharap
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Walaupun demikian makalah
ini juga sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca makalah ini kita
mengetahui landasan filosofis pendidikan dan aliran alirannya. Demikian sebagai
pengantar makalah ini.
Garut, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................................i
Daftar
Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang masalah.......................................................................................1
1.2.
Rumusan
Masalah.................................................................................................1
1.3.
Tujuan
Masalah ....................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat Pendidikan............................................................................2
2.2. Aliran-Aliran filsafat Pendidikan........................................................................3
2.3. Tujuan Pendidikan................................................................................................6
2.4. Tujuan Pendidikan di Indonesia..........................................................................8
BAN III
PENUTUP
Saran
...........................................................................................................................iii
DAFTAR
PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan
manusia. Salah satu komponen yang tak pernah terpisahkan,seringkali orang
menyepelekan landasan pendidikan. Padahal landasan pendidikan dan pendidikan
tak bisa terpisahkan sebagaimana pondasi dan bangunannya.Dalam makalah ini
penulis berusaha memaparkan landasan pendidikan baik secara filosofis maupun
yuridis.
1.2.
Rumusan Masalah
Berpijak dari Latar Belakang di atas dapat dirumuskan menjadi:
1.
Apakah pengertian landasan filosofis
pendidikan?
2.
Tujuan pendidikan di indonesia?
3.
Apakah landasan pendidikan nasional
di indonesia?
1.3.
Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui pengertian landasan
filosofis pendidikan
2.
Mengetahui tujuan pendidikan
3.
Mengetahui landasan pendidikan
nasional di indonesia
4.
Mengetahui berbagai aliran filsafat
dan implikasinya terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat Pendidikan
Ajaran
filsafat yang komperehensif itu telah menduduki status yang tinggi dalam
kehidupan kebudayaan manusia,yakni sebagai ideologi suatu bangsa dan negara.
Manusia sebagai pribadi ataupun sebagai masyarakat ,sebagai bangsa dan negara
hidup di dalam sosio-budaya. Aktivitas untuk mewariskan dan mengembangkan
sosio-budaya itu terutama melalui pendidikan.Untuk menjamin supaya
pendidikan itu benar dan prosesnya efektif maka dibutuhkan terutama landasan
filosofis dan landasan –landasan ilmiah. Dalam bentuknya yang lebih terperinci
kemudian, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.Sekedar
tinjauan sejarah ide-ide filsafat pendidikan itu,antara lain tersimpul di dalam
pandangan:
- Teori (Hukum)Empirisme
Ajaran
filsafat empirisme yang dipelopori oleh John Lockke(1632-1704) mengajarkan
bahwa perkembangan ditentukan oleh fator-faktor lingkungan,terutama pendidikan.
John lockke berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai
kertas-putih,dan lingkungan itulah yang ‘menulisi’ putih itu. Teori ini
terkenal sebagai teori tabula-rasa atau teori empirisme. Bagi john locke faktor
pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi
seseorang.
- Teori (hukum)nativisme
Ajaran
filsafat nativisme yang dapat digolongkan filsafat idealisme berkesimpulan
bahwa perkembangan pribadi hanya di tentukan hereditas,faktor dalam yang
bersifat kodrati.ajaran nativisme dapat dianggap aliran pesimistis karena
menerima kepribadian sebagaimana adanya,tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai
pendidikan untuk merubah kepribadian.
- Teori (hukum)konvergensi
Bagaimanpun
kuatnya alsan kedua aliran pandangan di atas,namun keduanya kurang realistis.
Suatu kenyataan, bahwa potensi hereditas yang baik saja,tanpa pengaruh
lingkungan(pendidikan)yang positif tidak akan membina kepribadian yang ideal.
Sebaliknya, meskipun lingkungan (pendidikan)yang positif dan maksimal,tidak
akan menghasilkan kepribadian ideal tanpa potensi hereditas yang baik.
Oleh
karena itu,perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil prosesv kerjasama
kedua faktor,baik internal(potensi hereditas) maupun faktor eksternal
(lingkungan,pendidikan)
Filsafat
dan pendidikan tidaklah terpisahkan. Filsafat adalah menetapkan ide-ide dan
idealisme,dan pendidikan merupakan usaha merelisasi ide-ide itu menjadi
kenyataan ,tingkah-laku ,bahkan membina kepribadian.
Bidang
ilmu pendidikan dengan berbagai cabang-cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi
pelaksanaan pendidikan,yang terus berkembang secara dinamis. Sedangkan filsafat
pendidikan sesuai dengan peranannya,merupakan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pendidikan. Kedua bidang diatas harus
menjadi pengetahuan dasar(basic knowledge) bagi setiap pelaksana
pendidikan,apakah ia guru ataukah sarjana pendidikan.
2.2. Aliran –Aliran dalam Fisafat Pendidikan
Saat
kemunculannya yang pertama,filsafat tidak memiliki definisi lain selain sebagai
cara atau seni menuju bijak. Dalam konseptualisasi ekstrem,filsafat pada
periode pertama saat mulai disadari bahkan tidak,belum memiliki nama
apaun,termasuk nama “filsafat”. Dalam bab ini kita membicarakan tentang
aliran-aliran pokok dalam filsafat pendidikan, yaitu:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Istilah
“idealisme” tentu saja telah menjadi istilah atau frase yang sering kita
dengar, bahkan kita pakia dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi,istilah
“idealis” dalam filsafat,selalu mempunyai arti berbeda dari kata “idealis”dalam
bahasa sehari-hari. Idealisme dalam filsafat adalah aliran pemikiran filsafat
yang kental dengan corak metafisik. Idealisme memandang bahwa realitas
terdiri atas ide-ide,pikiran-pikiran,akal(mind),atau jiwa,bukan benda material.
Idealisme menekankan ‘idea’ jauh terlebih dulu ada ketimbang materi.
Dalam
perkembangannya, idealisme tumbuh menjadi pandangan dunia atau metafisika yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atau sangat berhubungan dengan
ide,pikiran,dan jiwa. Kecenderungan-kecenderungan pemikiran idealisme ini lebih
banyak muncul dan berkembang di belahan dunia barat yang di mulai dengan masa
pencerahan dan renaissans. Perdebatan-perdebatan filosofis telah muncul ke
permukaan sebagai aliran rasionalisme dan juga empirisme yang keduanya pada
tahap tertentu telah memunculkan pandangan idealisme yaitu:
- Idealisme Subjektif George Barkeley
Pandangan
ini dipelopori salah satunya oleh George Berkeley, dengan pandangan idealisme
subjektifnya yang menekankan bahwa keberadaan ide harus bersandar pada akal
kita.George Berkeley adalah seorang filsuf Irlandia yang juga menjabat uskup di
Gereja Anglikan.Ia dilahirkan pada 1685 dan meninggal pada 1753. Inti pandangan
filsafat Berkeley adalah tentang pengenalan. Menurut Berkeley, pengamatan
terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang mengamati dan objek yang
diamati.
- Idealisme Immanuel Kant
Pandangan
Barkeley di atas berpengaruh besar bagi pendidikan modern dan memancing
munculnya idealisme baru seorang Immanuel Kant(1724-1804). Pemikiran Kant
muncul sebagia pemicu wisata intelektual yang paling berpengaruh dalam
filsafat.Konsep idealismenya didasarkan pada pemikirannnya yang rapu dan
terarah dan relevan dengan idealisme.Dalam hal ini Kant mengembangkan
dualisme.Dia memercayai keberadaan realitas eksternal. Akan tetapi, disisi lain
dia berpendapat bahwa pikiran memberikan keunngulan memahami itu. Lebih khusus
lagi,ia berpendapat bahwa, baik pikiran maupun panca indera akan menghasilkan
penggetahuan.
- Idealisme Epistimologi
Idealisme
epistimologi memandang bahwa kita membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada
peristiwa mana pun dengan entitas-entitas fisik
- Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme
demikian aliran filsafat ini kerap dipandang sebagai sisi keping yang berbeda
dari idealisme,hadir menjadi reaksi corak idealisme yang cenderung abstrak dan
metafisik. Instrumen utama realisme adalah indra dan terlepas dari asumsi
pengetahuan yang di konstruksi akal pikir. Ini menjadi pembeda tegas dengan
idealisme yang justru lebih bepegang pada kondisi-kondisi mental akal pikiran.
Selanjutnya
realisme agaknya di pengaruhi dua filsuf terkemuka,yaitu Franci Bacon
(1561-1626) dengan pemikirannya tentang metodologi induktif serta John Locke
tentang konsep akal-pikir jiwa manusia yang disebut “tabula rasa”,ruang kosong
tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi lingkungan.
- Aliran progresivisme
lahir
di amerika,akhir abad 19 menjelang awal abad 20. Mula-mula ,istilah ini
bersifat sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di amerika,
ketika proses indrustrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu
masifJohn dewey(1859-1952) adalah satu tokoh yang kerap di pandang menjadi
pelopor lahirnya aliran progrevisisme. Sementara Dewey tidak lain adalah filsuf
beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi
filsafat pragmatisme,yang lebih banyak terpusat pada
eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan investigasi-investigasi ilmiah
sains modern yang memandang betapa pengalaman selalu menjadi hal yang pokok dan
utama. Dalam gerakan pendidikan ini,sekolah-sekolah menjadi ruang yang
benar-benar bebas gejala-gejala indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.
- Aliran Esensialisme
Esensialisme
kerap diungkapkan sebagai reaksi kedua terhadap progrevisisme tahun 1930-an.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang memiliki tata yang jelas.Idealisme dan realisme
adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dasar filosofi
esensialisme terutama memandang bahwa setiap jenis tertentu tidak lain
adalah entitas yang memiliki seperangkat karakteristik dan sifat yang bersifat
(given)atau terberikan sejak keberadaannya yang pertama kali. Esensialisme
berupaya untuk mengajar siswa dengan berbagai pengetahuan sejarah melalui mata
kuliah inti dalam disiplin akademis tradisional.Esensialisme juga bermaksud
menanamkan pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti dalam disiplin akademis
tradisional.Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan
yang berbeda dangan progresivisme.
- Aliran Perenialisme
Istilah
“perenialisme”berasal dari bahasa latin,yaitu dari akar “perenis” atau
“perenial”(bahasa inggris)yang berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus
dari waktu ke waktu atau abadi. Maka,pandangan selalu memercayai mengenai
adanya nilai-nila,norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme merupakan aliran filsafat
mendasarkan padaatuan,bukan mencerai-beraikan;menemukan
persamaan-persamaan,bukan membanding-bandingkan;serta memahami isi,bukan
melihat luar atas berbagai aliran dan oemikiran.Dalam pendidikan, kaum
perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh
kekacauan serta membahayakan, seperti yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada
satupun yang lebih bermanfaat dari pada kepastina tujuan pendidikan, serta
kesetabilan dalam perilaku pendidik.
- Aliran Eksistensialisasi
Eksistensialisme
termasuk filsafat pendatang baru. Eksistensialisasi selalu menjadi pemikiran
filsafat yang berupaya untuk agar manusia menjadi dirinya,mengalami
individualitas. Eksistensi berarti berdiri sebagai diri sendiri. Aliran
eksistensialisme terbagi dua sifat,yaitu teistik(bertuhan)dan atteistik.
Menurut eksistensialisme,ada dua jenis filsafat tradisional,yaitu filsafat
spekulatif dan filsafat skeptis.
2.3.
Tujuan Pendidikan
Langeveld mengemukakan serangkain tujuan
pendidikan,yang saling bertautan sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
c. Tujuan Terlengkap
d. Tujuan insidentil
e. Tujuan sementara
a) Tujuan umum
Tujuan
ini juga disebut tujun total, tujuan yang sempurna atau tujuan akhir. Kohnstan
dan Gunning mengatakan bahwa tujuan akhir dari pendidikan itu ialah
untukmembentuk insan kamil atau manusia sempurna .manusia dapat dikatakan
sebagai insan kamil, apabila dalam hidupnya menunjukan adanya keharmonisan /keselarasan
antara jasmaniah dan rohaniah. Harmonis antara segi-segi dalam kejiwaan. Atau
dengan kata lain bahwa kehidupan sebagai insan kamil adalah merupakan suatu
kehidupan dimana terjamin adanya ketiga inti hakiakat manusia ,yaitu manusia
sebagai makhluk individuil,manusia sebagaimakhluk sosial,dan manusia sebagai
makhluk susila.
b) Tujuan khusus
Untuk menuju kepada tujuan umum itu,perlu adanya
pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi atau situasi tertentu.
Misalnya:
- Disesuaikan dengan cita-cita pembangunan suatu bangsa
- Disesuaikan dengan tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan
- Disesuaikan dengan bakatkemempuan anak didik
- Disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan sebagainya.
c) Tujuan tak lengkap
Tujuan
dari masing-masing aspek pendidikan inilah yang di maksud dengan tujuan
pendidikan tak lengkap. Sebab masing-masing aspek tak bisa dipisahkan,padahal
masing-masing aspek pendidikan itu hanyalah merupakan bagian dari pendidikan
secara keseluruan. Oleh karena itu tujuan dari masing aspek pendidikan itu
harus dilengkapi dengan tujuan dan aspek-aspek yang lain. Misalnya: kita hanya
mementingkan pendidikan kecerdasan saja, sehingga mengakibatkan yang bersifat
intelektualistis atau kita lebih mementingkan pendidikan teori saja,dan kurang
memperhatikan segi praktis,hal ini akan mengakibatkan pendidikan yang bersifat
teoritis.
d) Tujuan insidentil
Tujuan ini timbul secara kebetulan,secara mendadak dan
hanya bersifat sesaat.misalnya : tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi
dalam khdupan sekolah. Maka diadakanlah darmawisata ke suatu tempat. Dalam hal
ini tujuan itu telah selesai,setelah darmawisata dilaksanakan.
e) Tujuan sementara
Tujuan
sementara adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fase-fase tertentu
dari pendidikan . Misalnya: anak dimasukkan ke sekolah .tujuannya ialah agar
anak dapat membaca dan menulis. Dapat membaca dan menulis ini adalah merupakan
tujuan sementara. Tujuan yang lebih lanjut ialah agar anak dapat belajar ilmu
pengetahuan dari buku-buku.Dapat belajar dari buku,inipun merupakan tujuan
sementara . tujuan utamanya ialah agar anak memiliki ilmu pengetahuan.
2.4.
Tujuan Pendidikan di Indonesia
Telah kita ketahui bahwa dasar dan tujuan pendidikan
di tiap-tiap negara itu tidak selalu tetaap sepanjang masa,melainkan sering
mengalami perubahan atau pergantian,sesuai dengan perkebangan zaman.
Di indonesia perubahan-perubahan dasar dan tujuan
pendidikan itu pernah terjadi juga terjadi. Berikut ini perubahan-perubahan itu
secara kronologis.
1. Menteri PPK.Mr.S6uwandi (tanggal 1 maret 1946)
Rumusannya
berbunyi sebagai berikut:”tujuan pendidikan membentuk patriotisme”. Rumusan ini
adalah jawaban bagi tahap revolusi fisik yang di tandai oleh kedatangan
pemerintahan kolonial.
2. Menurut UUUPP No.4/1950,jo No.12/1954
Dalam
bab III,pasal 4 disebutkan dasar pendidikan dan pengajaran sebagai
berikut:”pendidikan dan pengajaran berdasar atas asas-asas yang termaktub dalam
‘pancasila’. Undang-undang Dasar Republik Indonesia dan atas kebudayaan
kebangsaan indinesia”.
Dalam
bab II,pasal 3 dirumuskan tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai
berikut:’tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila
yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesajahteraan masyarakat dan tanah air”
3. Menurut Ringkasan Tap. MPRS.No.II/MPRS/1960
Dalam
Tap.MPRS.tersebut ditambahkan “catatan” dalam dasar pendidikan dan pengajaran
tahun 1950 dan 1954 sebagai berikut:
Manipol/usdek
wajib ditambahkan sebagai pendidikan dan pengajaran. Dalam Tap.MPRS tersebut,dalam
lampiran A No.21 tertulis tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai
berikut:”politik dan sistem pendidikan nasional kita,baik yang diselenggarakan
oleh pihak pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta,dari pendidikan prasekolah
sampai pendidikan tinggi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fisosofi dan pendidikan adalah dua hal yang tak
terpisahkan,menjadikan filosofi dan pendidikan satu kesatuan yang saling
berkaita. Dalam filosofi pendidikan terdapat 9 aliran pendidikan yaitu:a).idealisme,b).realisme,c)pragmatisme,d)progresivisme,e)esensialisme,f)perenialisme,g)eksistensisme,h)rekonstrukssionime,i)behaviorisme.
Filosofis pendidikan adalah pendidikan yang ditinjau dari segi
filosofi(filsafat).
Jika
di telaah dengan seksama lahirnya aliran-aliran tersebut berkaitan dengan
pemaknaan berbagai kalangan di dalam memaknai pendidikan secara filosofi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Mohammad Noor Syam,Filsafat Pendidikan dan Dasar
Filsafat Pendidikan pancasila,hal.38
·
Ibid,hal.39
·
Drs.H.Abu Ahmadi, ilmu Pendidikan,Jakarta:PT.MELTON
PUTRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar